Rabu, 22 Juni 2011

TASAWUF

TASAWUF PADA MASA NABI DAN SAHABAT

A. Latar Belakang

Seluruh manusia mempunyai kehidupan rohani, dan jasmani.Jasmani seseorang membutuhkan makan dan minum.Sedangkan rohani yang ingin mengadakan pedekatan diri hanya kepada Allah. Dapatlah dilihat dari berbagai segi pola kehidupan manusia yang ingin mengejar atau mengenal Tuhannya itu, rupanya beragamlah cara manusia mendekatkan diri kepada Allah. Diantaranya ada yang melalui zuhud, zuhud itulah yang menjadi senjata bagi manusia untuk mengendalikan segala keinginan hawa nafsunya dari segala kesesatan.

Tasawuf sudah di mulai dari masa rasulullah, sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in dan sampai masa tadwin.Masa rasul belum mengenal dari kata-kata tasawuf tersebut, tapi rasulullah telah mempraktikkan tasawuf tersebut, contohnya rasulullah hidup dalam kesederhanaan, dan rasulullah pernah menyendiri atau uzlah di gua hira dengan tujuan menghindarkan diri dari kesenangan dunia semata. Dan uzlah taersebut menjadi acuan untuk para sufi untuk melakukan khalwat. Sedangkan masa sahabat yang dilihat dari khalifah urrasyidin mereka pun telah mempraktikkan kehidupan tasawuf tersebut contohnya Abu Bakar Siddiq yang dikenal dengan saudagar kaya, tapi setelah beliau masuk islam hartanya di berikan untuk kepentingan islam sampai selama 6 hari beliau tidak makan.Contoh lainnya khalifah tersebut walaupun menjadi khalifah mereka tidak mau hidup dalam kemewahan, sehingga mereka ada yang memakai baju yang memiliki banyak tambalnya.

Sebutan sufi terhadap orang yang bertasawuf di berikan pertama kali oleh Jabir Assufi. Semakin hari tasawuf pun berkembang dan pengamalan tersebut berupa mata rantai yang tidak putus-putusnya, sambung bersambung dari generasi ke generasi lainnya.pola hidup rasulullahlah yang menjadi tumpuan perhatian dan anutan para sahabat, begitupun para sahabat menjadi tumpuaan bagi para tabi’ín, dan begitu selanjutnya.

Pengamalan tasawuf dari generasi ke generasi tentu memiliki ciri khas tersendiri dari masing-masing sufi, sehingga mereka pun melakukan cara-cara mereka untuk mengembangkan ajaran tasawuf mereka. Dari ajaran masing-masing kelompoklah adanya terjadi penyimpangan dari ajaran islam yang sesungguhnya.

Oleh karena itu rasulullah menjadi teladan bagi kita semua.Sehingga penulis akan mencoba menjelaskan praktik tasawuf pada rasulullah dan sahabat dan tabi’ín, agar kita bias memahami bagaimana sebenarnya bertasawuf tersebut, apakah hanya mementingkan akhirat sehingga meninggalkan kehidupan dunia, dan apakah dengan menyiksa diri untuk mendekatkan diri kepada Allah, atau melakukan aktifitas-aktifitas yang mendorong terkenalnya ajaran mereka.Dan penulis dan pembaca akan dapat mengetahui bagaimana sebenarnya penerapan yang di contohkan oleh rasulullah dan para sahabat.

B. Tasawuf Pada Masa Rasulullah

Dapat dikatakan bahwa kata dari tasawuf belum dikenal pada masa Rasulullah.Belum dikenal bukan berarti belum ada.Sebab kalau kita membaca sejarah tentang Rasulullah, kita dapat mengetahui Rasulullah tersebut telah mempraktikkan kehidupan bertasawuf tersebut. Praktik tasawuf tersebut rasulullah mengajarkan menyucikan diri, meningkatkan akhlak, dan membangun kehidupan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagian dan keselamatan abadi. Benih –benih tasawuf yang telah dipraktikkan oleh rasulullah yaitu pribadi sederhana, zuhud, dan tidak pernah terpesona dengan kehidupan dunia, pyang tekun beribadah, banyak berzikir , banyak melakukan i’tikaf di masjid terutama dalam bulan ramadhan tenggelam dalam bernunajat kepada Allah bahkan beliau pernah lupa dengan Aisyah karena bermunajat kepada Allah.

Realisasi lainnya dapat kita lihat ketika nabi SAW menyendiri atau uzlah di gua hira karena tidak menerima keadaan penduduk Mekah saat itu.Beliau pergi ke gua tersebut untuk menenangkan diri dari kehidupan dunia, mencari kebersihan rohani, dan memohonkan ketentuan jalan yang di tempuh sebelum beliau menjadi seorang Rasul.Disanabeliau melepaskan kemewahan dunia, keributan dan kerepotan hidup.Menyendiri di gua hira ini beliau lakukan berkalai-kali pada setiapp bulan ramadhan dengan membawa sedikit bekal sampai ramadhan selesai beliau turun kembali.Di gua tersebut beliau berkhalwat dan saat itu lah turun surat pertama. [1]Puncak terbesar ma’rifah nabi SAW adalah peristiwa terjadinya isra’ mi’raj.

Akhlak Nabi SAW bukan hanya dipuji oleh manusia tetapi juga Allah SWT. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah dalam surat al qalam: 4

Dan ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW ia menjawab:

“akhlaknya adalah Al-Quran”

Nabi SAW seorang yang zahid, lemah lembut, jujur, sabar, tidak suka mencari-cari cacat orang lain, tidak angkuh, tidak mabuk pujian, tidak memiliki rasa dendam pada siapapun termasuk kepada oarng selalu ingin mencelakai bekiau, santun, dan tidak mabuk pujian.Sikap tersebut di kagumi oleh kawan dan lawan.Oleh sebab itu nabi SAW adalah tipe idealbagi seluruh kaum muslimin termasuk pula bagi para sufi yaitu sebagai khazanah dan ibrah.[2]

C. Tasawuf Masa Sahabat

Kehidupan shahabat-shahabat Nabi yang utama itu mencontoh apa yang telah ditinggalkan Rasululullah Shallallahu ‘alahi wa sallam. Hidup para shahabat itu sangat sederhana, tawadhu’, dan zuhud.Artinya mengarahkan segala pikiran hidup dan mati, tujuan hanya untuk Allah semata.

Pola hidup dan kehidupan rasululah yang sangat ideal menjadi suri tauladan bagi para sahabat, baik sahabat dekat maupun jauh.Tumpuan mereka mengarah kepada sikap dan tingkah laku nabi SAW sehingga mereka pun menjadi panutan setelah nabi SAW untuk generasi selanjutnya. Malahan nabi SAW mengakui dalam sabdanya[3]

“sahabatku seperti bintang- bintang jika kamu mengikuti mereka kamu akan mendapat pentujuk.”(HR. Bukhari)

Dalam hidup kerohanian para sahabat telah berusaha untuk berbuat sesuai dengan tuntutan nabi SAW, hidup meeka penuh dengan kesederhanaa, wara’, tawadhua’ dan zuhud semata mengharap ridho Allah SWT.

Oleh karena itu perilaku sahabat dapat dikatakan sama dengan perilaku nabi SAW kecuali yang khusus bagi Nabi, karena sahabat menyaksikan dan sebagai murid secara langsung Nabi SAW. Setidaknya sahabat paling mirip dengan apa yang dicontohkan Nabi.[4]

a. Abu Bakar Siddiq

Abu bakar adalah seorang saudagar kaya sebelum masuk islam. Setelah masuk islam beliau menjadi orang yang sangat sederhana sekali karena beliau rea memberikan hartanya untuk kepentingan islam. Contohnya saja ketika menghadappi perang tabuk rasulullah bertanya siappa yang bersedia memberikan hartanya di jalann Allah, Abu Bakar lah orang yang pertama menjawabnya bahwa dia bersedia , mlahan dia memberikan keseluruhannya sehingga rasulullah kembali bertanya jadi apalagi yang tinggal bagimu?, abu bakar menjawab cukup Allah dan rasulNya. Dalam riwayat dikatan selama enam hari abu bakar tidak makan dan selalu dalam kelaparan.

Dan contoh lainnya beliau pun pernah hidup dengan sehelai kain saja. Dan dia berkata apabila manusia di pesonakan oleh kehidupan dunia maka Allah akan murka kepadanya, sehingga abu bakar menceraikan kehidupan dunia tersebut.

Diriwayatkan dari Rasulullah saw. Bahwa beliau pernah bersabda. “Umatku yang paling belas-kasih kepada sesama umat adalah Abu Bakr r.a., yang paling kokoh dan kuat memegang agama Allah adalah Umar r.a., yang paling pemalu adalah Utsman r.a., yang paling tahu tentang ilmu faraidh (hukum waris) adalah Zaid bin Tsabit r.a., yang paling faham tentang hukum halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal r.a., yang paling adil dalam memberikan keputusan hukum adalahAli r.a., Sedangkan sahabatku Abu Dzar r.a. adalah orang yang dialek bicaranya memiliki ketajaman dan kebenaran.” (H.r. Ahmad, Tirmidzi dari Anas, ath-Thabrani dari Jabir, dari Ibnu adi dari Ibnu Umar).

b. Umar bin Khattab

Umar bin Khattab dikenal dalam keheningan jiwa yang bersih, kesucian rohani yang begitu tinggi sehingga Nabi SAW perna h berkata tentang dirinya “ Allah telah meletakkan kebenaran di ujung lidah umar dan hatinya.”[5]

Umar dikenal dengan kezuhudan dan kesederhanaannya. Diriwayatkan pada suatu ketika umar telah di angkat menjadi khalifah beliau berpidato dan memakai baju sobek dengan 12 tambalan. Umar menghabiskan malamnya untuk beribadah kepada Allah untuk menyeimbangi hari siangnya yang di sibukkan untuk memperhatikan dan mengurus kepentingan umat.Ia merasa bahwa di waktu malamlah ia memiliki kesempatan yang luas untuk menghadap kepada Allah.

Suatu ketika Umar pernah terlambat untuk melakukan shalat secara berjamaah yang biasanya ia menjadi imam, selesai shalat sahabat bertanya penyebab beliau terlambat. Umar menjawab karena kain saya di cuci sehingga tidak ada kain yang lainnya.

Dari riwayat tentang umar tersebut dapat disumpulkan bahwa umar memang seorang yang zuhud dan sederhana walaupun beliau seorang khalifah.

c. Abu dzar Al Ghafari

Nama aslinya adlah Jundub bin Junadah Bin Sakan, tetapai dikenal dengan Abu Dzar Al ghifari. Kelahiran abu dzar tidak diketahui tanggal dan tahun berapa dia dilahirkan. Dia merupakan sahabat yang berasal dari suku ghifar, dan termasuk orang yang pertama masuk islam. Sebelum masuk islam ia dikenal dengan perampok yang sangat ditakuti oleh orang pada umumnya. [6]

Namun hatinya tidak menerima begitu saja sehingga ia meninggalkan perbuatan jelek dan menyesalinya. Akhirnya ia melepaskan dirinya dari jabatan dan kekayaan yang dimilikinya, dan menyeru kapada kaumnya agar tidak merampok. Dia di benci oleh kaumnya sehingga dia hijrah bersama ibu dan saudaranya ke Nejed. Disanaia membagikan hartanya kepada yang lainnya sehingga menimbulkan kebencian dari sesukunya. Lalu ia dan ibu dan juga saudaranya hijrah lagi ke Mekah sehingga dia mendengar sudah adanya kehadiran Rasululah SAW, lalu ia menemui rasulullah. Melihat ajaran yang dibawa oleh Rasullah sesuai dengan kehidupannya maka langsung ia masuk islam, tanpa ada keragu-raguan, sampai- sampai ia memproklamirkannya di depan penduduk Mekah sehingga penduduk Mekah marah dan memukulinya. Dia diberikan tugas untuk menyebarkan islam kkepada keluarga dan sukunya yang lain. Bahkan suku lain yang dekat dengan kaumnya.

Abu Dzar merupakan orang yang satu lahir dan bathinnya,dalam menegakkan islam dia tidak takut dalam menghadapi resiko yang akan diterimanya. Ia merupakan orang yang setia, berani dalam menegakkan kebenaran.Dia orang yang serius dank eras namun tetap menggunakan prinsip kesabaran dan hati-hati.Abu Dzar adalah seorang ahli suffah yang termashur yang gemar social. Beliau bukanlah orang kaya, tapi ketika ia mendapatkan materi ia membagi-bagikannya. Ia seorang yang zuhud bertaqwa, wara’ .

d. Abu Qashim

Namanya Abu Qasim Aljunaidi bin Muhammad al Junaidi al Khazzaz al Qawariri ( 210-298 H ). Lahir sekitr tahun 210 H di baghdad irak, ia berasal dari keluarga Nihawand keluarga pedagang di Persia yang kemudian pindah ke Irak. Ayahnya Muhammmad ibnu al Junaidi memang seorang pedagang barang pecah belah.Makanya orang menjulukinya Al Qawariri artinya barang pecah belah. Abu Qasim digelar Al Khazzaz yang artinya pedagang sutera karena memang ia pedagang sutera di Baghdad. Abu Qasim pertama kali memperoleh didikan agama dari pamanya yang bernama Sari al Saqati ia adalah seorang pedagang rempah-rempah. Pamanya dikenal juga sebagai seorang sufi yang tawadhu’ yang luas ilmunya.Berkat kesungguhanya dan kecerdasanya sehingga Au Qasim mampu menyerap pelajaran agama yang diberikan pamanya. Menginjak usia 20 ia belajar ilmu hadits dan fiqih kepada Abu Thawr (W 240 H). Abu thawr adalah seorang faqih terkenal di baghdad kala itu. Di bawah bimbingan guru ini Abu Qasim tumbuh menjadi seorang faqih yang handal dan juga menguasai ilmu tasawuf.Dengan menguasai ilmu fiqih yang luas lebih dulu maka praktek ajaran sufisme dapat dikontrol, sehingga tidak keluar dari koridor Alqur’an dan Sunnah.

Menurut Abu Qasim syarat untuk mengajarkan ilmu tasawuf harus mempelajari ilmu fiqih yaitu alqur’an dan sunnah.

Abu Qasim adalah orang yang tidak menyukai sikap zuhud karena zuhud itu akan membawa orang termasuk sufi pada kondisi yang tidak mengembirakan. Hal demikian orang tidak peduli pada keadaan sekitarnya, tidak perlu mencari nafkah untuk dirinya dan keluargnya dan mengharapkan uluran tangan orang lain. Aplikasi zuhud menurut al qasim bukanlah meninggalkan kehidupan dunia sama sekali, melainkan tidak terlalu mementingkan kehidupan duniawi belaka.

Jadi, setiap muslim termasuk sufi berkewajiban untuk mencari nafkah bagi kehidupan dunianya untuk diri dan keluarganya. Letak zuhudnya adalah bila ia memperoleh rezki lebih dari cukup ia tidak merasa berat memberi kepda yang memerlukan.

Berdasarkan pemehaman dan penghayatan Abu Qasim tentang zuhud ini maka tidak berlebihan Abu Qasim disebut dengan sufi yang moderat. Selain itu ia seorang sufi tidak selalu membicarakn tentang soal tasawuf saja tetapi juga masalah lain yaittu yang berhubungan dengan kemaslahatan umat manusia. Kaarena dalam masyarakat lebih banyak penyakit jiwa yang harus diobati dari pada penyakit fisik.

e. Hasan Bashri (21-110 H/632-728 M)

Hasan Bashri nama lengkapnya ialah Abu Said al Hasan Ibnu Abi hasan al Yasar al bashri. Ialahir pada tahun 21 H (632M) dan wafat pada tahun 110 M. ayahnya bernama Yassar Maula Zaid bin tsabit, salah seorang juru tulis wahyu. Ibunya bernama Khairah Maulat Ummul Mukminin Ummu Salamah.[7]Ia dilahirkan dua malam sebelum khalifah umar bin khattab wafat. Ia pun dikabarkan bertemu dengan 70 oarng sahabat yang menyaksikan perang badar dan 300 sahabat lainnya.[8]Beliaulah mula-mula sekali yang menyediakan waktunya memperbincangkan ilmu-ilmu kebatinan, kemurnian akhlak dan usaha mensucikan jiwa didalam Masjid Bashrah.Segala ajaran tentang kerohanian senantiasa diukurnya dengan sunnah-sunnah nabi. Shahabat-shahabat yang masih hidup pada waktu itu pun mengakui akan “kebesaran” Hasan Bashri. Sehingga pernah seketika orang datang menanyakan suatu soal kepada Anas bin Malik (Shahabat Nabi) beliau menyuruh orang itu agar bertanya kepada Hasan Bashri, dia dilahirkan ke dunia dua malam sebelum khalifah Umar Bin Khattab wafat. Dia masih bertemu dari 70 orang shahabat yang turut menyaksikan perang badar, dan juga 300 shahabat lainnya beliau sempat bertemu.

Latar belakang beliau menjadi seorang sufi ialah, merasa prihatin terhadap kehidupan masyarakat yang terpengaruh pada dunia itu. Hal itulah yang membuat beliau menjadi orang sufi.[9]

Abu Qatadah bergurulah kepada Hasan Bashri.Beliau berkata saya sudah saksikan sendiri tidak ada orang tabi’in yang menyerupai shahabat Nabi.Hanyalah beliaulah (Hasan Bashri) yang menyerupai hal itu.

Dasar-dasar ajaran beliau ialah:[10]

1. Zuhud

Yaitu menolak akan kemegahan dunia, menuju kepada Allah, tawakal, wara’, raja’ dan khauf tidak terpisah. Tapi jangan semata-mata takut kepada Allah tapi iringi dengan rasa pengharapan. Takut akan murkanya tapi mengharap akan karunianya.

2. al Khauf

Senantiasa bersedih hati dan takut kalau-kalau ia tidak membayarkan segala perintah Allah.

3. Raja’

Dengan adanya ketakutan yang dirasakan tentu pengharapan yang besar akan tertuju kepada Allah.

Zuhud ini merupakan pokok ajarannya yang terpenting. Sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi. Hasan Bashri mengumpamakan dunia seperti ular, terasa mulus disentuh tapi racunnya dapat mematikan.Oleh sebab itulah dunia ini harus “dijauhi” dari segala kemegahan dan kenikmatan hidup dunia harus menjauhinya (zuhud).Diantaranya harus mengaplikasikan zuhud dalam kehidupan ini, yaitu dengan memilih hidup sederhana, tekun beribadah, berdzikir, tawadhu’, mencari kelemahan diri dan memperhatikan alam ini (1). Khauf yaitu merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melalaikan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menyadari kekurangan sempurnanya dalam mengabdi kepada Allah. Artinya selalu memperhatikan segala ibadah yang telah dibuat itu apakah sudah benar sesuai syara’ atau tidak!

Timbulnya rasa was-was dan takut, khawatir mendapat murka dari Allah. Dengan adanya rasa takut menjadi motivasi bagi seseorang untuk mempertiggikan kualitas dan kadar pengabdiannya kepada Allah dengan sikap raja’ itu. Hasan Bashri berkeyakinan bahwa perasaan takut/khauf itu sama memetik amal saleh, dan tidak seorang manusia pun pada kurun yang pertama yang tidak merasa takut dan keluh kesah, demi Allah jika kamu membaca al Quran dan menghayatinya sesungguhnya ketakutanmu akan berkepanjangan di dunia ini dan rasa takut aka selalu mengikatmu.

Dr. Muhammad Mustafa Helmi, guru besar Filsafat Islam pada Fuad I University” mengatakan kemungkinan zuhud beliau itu, yang didasarkan pada takut ialah karena takut akan siksa Allah dalam neraka. Tapi setelah dipahami, saya berpendapat bahwa bukanlah sebab takut akan neraka itu yang menjadi sebab, yang menjdai sebab ialah perasaan orang yang berjiwa besar akan kekurangan dan kelalaian diri. Inilah sabda Rasulullah, “Orang yang beriman mengenakan dosanya, laksana orang yang duduk dibawah sebuah gunung yang besar, senantiasa merasa takut jikalau gunung itu menimpanya.”

f. Rabi’ah al Adawiyah (95-185 H/ 713- 801 M)

Nama lengkapnya Rabi’ah al Adawiyah binti Ismail al Adawiyah al Qisiyah. Rabi’ah digelari ummul khair, ia lahir di Bashrah pada tahun 95H/ 713 M.[11] Disebut Rabi’ah karena ia putri ke 4 dari anak-anak Ismail, beliau meninggal tahun pada tahun 185H dan dimakamkan di Bashrah.

Ajaran yang terpenting dari Rabi’ah al Adawiyah

a. al Mahabbah

Secara etimologis al mahabbah atau hub berarti cinta yaitu kecendrungan hati kepada yang disenangi.Dalam tasawuf al mahabbah ini ditujukan sebagai cinta kepada Allah. Harun Nasution memberikan definisi mahabbah sebagai memeluk kepatuhan kepada tuhan dan membenci sikap melewan kepadanya, dan mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali diri yang di kasahi(Allah). [12]

Rabi’ah orang pertama yang mengajarkan Al Hubb dengan isi dan khas.Hal ini barang kali karena kodratnya seorang wanita dan seorang wanita yang berhati lemah lembut, penuh kasih, rasa estetika, cinta.Dan cinta murninya hanya kepada Tuhan, itulah puncak dari ajaran/cintanya itu.

Dibawah ini, adapun syair-syairnya

Kasihku hanya Engkau

Hanya Engaku yang ku cinta

Pintu hatiku telah tertutup

Bagi selain_Mu

Walau mata jasadku

Tak mampu melihat Engkau

Namun, mata hatiku memandang_Mu

Dengan al Hubb, Rabi’ah ingin memandang selalu Tuhan yang selalu ia rindu-kan itu, Rabi’ah pula ingin hijab/tabir pemisah itu dibukakan untuknya.

Dan syairnya yang lain

Daku tenggelam dalam merenung kekasih jiwa

Sirna segalanya selain Dia

Karena kekasih,

Sirna rasa benci dan murka

Suatu hari ditanya orang, apakah ia mencintai Allah? Ia menjawab

Ya memang saya mencintaiNya. Kemudian ditanya lagi apakah ia benci terhadap Syetan. Rabi’ah mengatakan karena cintaku kepada Allah telah menyebabkan Aku tidak mempunyai kesempatan untuk membenci setan.Menurut Rabi’ah pencinta yang sesungguhnya harus selalu berusaha mendekatkan diri kepada diri yang dicintai serta harus selalu mengisi hatinya.

Rabi’ah al adawiyah seumur hidupnya tidak pernah menikah, dia dipandang mempunyai saham yang besar dalam memperkenalkan konsep cinta (al hub) khas sufi kedalam tasawuf islam. Seoarng wanita zahidah dia selalu menolak lamaran pria dengan mengatakan:

“ akad nikah adalah hak pemilik alam semesta. Sedangkan bagi diriku hal demikian telah sirna, karena aku telah berhenti maujud(ada) dan telah melepaskan keakuan diriku. Aku berada dalam tuhan dan diriku sepenuhnya milikNya.Aku hidup dalam naungan firman Nya.Akad nikah meski diminta darinya bukan kepada ku.”[13]

Menurut Ahmad Amin, filsafat cinta Rabi’ah merupakan pembawaan dan buah dari banyaknya ibadah dan zuhud.[14] Dengan cintanya yang sangat tinggi ia telah membuktikan jalan ma’rifah sehingga menjadi teladan bagi orang yang mendekatkan diri kepada Allah.

g. Sofyan Assauri ( 97 H / 715 M – 161 H / 778 M )

Nama lengkapnya adalah Sofyan bin Sa’id Atstsauri, lahir di kufah tahun 97 H/715 M, meninggal di Bagdad tahun 161 H.[15] Ia adalah seorang tabi’in pilihan, dan seorang zahid yang tidak dapat ditandingi dan merupakn seorang ulama hadits yang terkenal.

Pertama kali Sufyan mendapatkan ilmu dari babaknya sendiri, kemudian ia berguru kepada orang yang pandai di masanya sehingga ia menjadi ahli hadits dan teologi. Dia mennjalani kehhidupan kesufiannya dengan disiplin yang ketat sehingga para sufi menyebutnya manusia suci.

Sofyan Atstsauri sempat berguru kepada Hasan al Bashri sehingga fatwa gurunya dapat di amalkanya.Hidup kerohanianya menjurus kepada hidup bersahaja, penuh kesederhanaan, tidak terpukau kepada kemewahan dan kemegahan dunia.Ia termasuk seorang yang zahid yang pemberani, tidak segan-segan ia mengkritik penguasa atau pemimpin yang selalu bergelimang dengan kemewahan kehidupan duniawi, dan itu di dapat dari rakyat sedangkan disamping itu masih banyak rakyat yang hidup melarat.

Sufyan Assauri ini tekenal dengan kealimanya dalam bidang hadits dan fiqh. Dalam bidang hadits ia mendapat gelar Amir al Mu’minin fi Alhadits (khalifah hadits ), sedangkan dalam fiqh ia telah mencapai drajat mujtahi mutlak dan mazhabnya telah berkembang selama 2 abad. Dalam bidang kerohanian ia termasyhur zuhud, wara’,banyak beribadah, dan sangup menentang penguasa yang dipandangnya zalim.

Sifat zuhudnya terlukis dalam kerendahan hatinya dan ketidak peduliannya terhadap kemewahan duniawi, dia pernah melarikan diri ketika khalifah Al Mahdi mengangkatnya sebagai seorang hakim agung.[16]

Jadi Sufyan Assauri terkenal dengan ajaran kezuhudan yang dipraktikkanya dalam dirinya dan juga ikut mengajak penduduk baik kaum biasa dan juga para pemimpin yang tidak ada rasa segan-segannya.

D. Kesimpulan

Dalam bahasan diatas penulis telah mencoba menguraikan tasawuf dari masa rasulullah sahabat, dan sampai kepada tabi’in.rasulullah sebagai contoh tauladan dalam segala hal temasuk dalam tasawuf sedangkan sahabat tidak begitu jauh dari rasululah perbuatan yang mereka lakukan mungkij yang membedakannya hanya pada sisi yang khusus bagi nabi. Sehingga rasululah dan sahabat menjadi acuan untuk generasi selanjutnya dalam bertasawuf dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Dan dari pembahasan di atas penulis telah mmenguraikan masing-masing ajaran ataupun perilaku sahabat dan tabi’in dalam bertasawuf. Mereka memiliki ajaran dan cara masing-masing untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menonjolkan sikap-sikap mereka dalam bertasawuf dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah disamping itu untuk mengembangkan ajaran mereka.

Berbagai cara yang dilakukan ada yang rasanya tidak diterima oleh akal sehat kita. Tapi bagi kita sekarang ini penulis mengajak agar kita mencontoh rasulullah yang sebagai tauladan bagi kita, jangan manusia Allah pun ikut memuji sikap ataupun perbuatan Rasululah.



[1] Prof. Dr. Hamka. Tasawuf Perkembangan Dan Pemurniannya. (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993) , hal. 20

[2] DRS, Usman Said. Pengantar Ilmu Tasawuf. (Sumatera Utara: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Iain Sumatera Utara), hal . 49

[3]DRS, Usman Said. Pengantar Ilmu Tasawuf. (Sumatera Utara: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Iain Sumatera Utara), hal . 50

[4] Nina.M. Armando. Ensiklopedi Islam. ( Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), hal. 93

[5]Prof. Dr. Hamka. Tasawuf Perkembangan Dan Pemurniannya. (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993) , hal. 30

[6]http//www.abu dzar. 16 juni 2011

[7]Drs.H.M. Laily Mansur.L.PH.Ajaran Dan Teladan Para Sufi.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 19

[8] Prof. Dr. M. Solihin, M. Ag, Dr. Rosihin Anwar , M. Ag. Ilmu Tasawuf.(Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 122 dan Hamka.Tasawuf Perkembangan Dan Pemurnianya. (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986), hal. 76

[9]Drs.H.M. Laily Mansur.L.PH.Ajaran Dan Teladan Para Sufi.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 20-21

[10]Prof. Dr. Hamka. Tasawuf Perkembangan Dan Pemurniannya. (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1993) , hal. 70-71

[11] Drs. Supiana, M. Ag. Materi Pendidikan Agama Islam.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 235

[12]Drs. Supiana, M. Ag. Materi Pendidikan Agama Islam.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 236

[13] Prof. Dr. H. Ahmadi Isa. MA. Tokoh-Tokoh Sufi, Tauladan Kehidupan Yang Shaleh. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 117

[14]Drs. Supiana, M. Ag. Materi Pendidikan Agama Islam.(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal.237 dikutip dari Ahmad Amin.Zhuh Islam. Jilid IV

[15]Drs.H.M. Laily Mansur.L.PH.Ajaran Dan Teladan Para Sufi.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 32

[16]Prof. Dr. H. Ahmadi Isa. MA. Tokoh-Tokoh Sufi, Tauladan Kehidupan Yang Shaleh. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 116

Tidak ada komentar: